![]() |
Banner ofensif dari penggemar Bayern Munich terhadap RB Leipzig |
RB Leipzig: Klub Sepak Bola Paling di Benci di Dunia
Di Inggris terdapat Manchester United yang dulunya dibenci oleh banyak orang, sebabnya terlalu perkasa pada masanya, itu terjadi pada musim-musim 1990-an. Kemudian juga terdapat Manchester City, ini mirip seperti RB Leipzig namun jauh lebih parah.
Kembali ke topik, jadi mengapa RB Leipzig tidak disukai banyak orang dan penggemar klub lain? Karena mereka tidak menghormati dan mematuhi tradisi sepakbola Jerman 50+1 yang sudah lama dihormati banyak klub. Maksud dari tradisi 50+1 ini adalah investor komersil sebuah klub tidak boleh memiliki saham diatas angka 49 persen.
Liaht juga: Jual Jersey RB Leipzig Third Musim 2020/2021
Kemudian, di Jerman banyak penggemar dan masyarakat turut andil dalam sebuah klub, karena mereka juga memiliki sahamnya. Jadi sekitar 51 persen saham dipegang oleh puluhan ribu hingga ratusan ribu supporter, biasanya orang lokal satu kota dengan klub, dan mereka memiliki hak dan kewajiban untuk aktif mengurus klub.
Di lain cerita, RB Leipzig sebenarnya juga klub yang baru lahir pada tahun 2009 setelah mengakusisi hak untuk bertanding dari klub SSV Markranstädt.
Hal ini juga menjadi alasan rasa tidak suka, namun nyatanya yang paling besar adalah pelanggaran tradisi 50+1 tersebut. Diketahui ternyata sekitar 99 persen saham dimiliki oleh perusahaan minuman berenergi, Red Bull, yang dimana mereka mengakali tradisi 50+1.
Mereka mengakali dengan cara membagikan saham ke supporter dan penggemar klub, yang ternyata hanya berisi 10 orang eksekutif perusahaan Red Bull dan bahkan bukan orang lokal kota Leipzig.
Memang tidak melanggar aturan DFB atau Federasi Sepakbola Jerman, namun jelas ini menunjukkan bahwa RB Leipzig hanyalah media komersial kapitalis dibandingkan klub sepakbola yang merintis kehebatan mereka.
Jadi itulah alasan mengapa banyak sekali penggemar dan supporter klub Jerman lainnya bersatu membenci dan tidak menyukai RB Leipzig, karena mereka sudah melanggar tradisi turun - temurun dan lebih mementingkan pemasaran perusahaan dibandingkan berjuang menciptakan kisah sepakbola yang indah.
Kasus yang sama juga terjadi pada Hoffenheim, dimana sang pemilik sekaligus investor terbesar mereka, Dietmar Hopp, diserang secara verbal oleh banyak penggemar klub Jerman karena melanggar tradisi 50+1 ini.
Sumber: Quora - bit.ly/31zK1zG